Saat menjadi chef hal yang sampai sekarang masih ingat pernyataan senior chef, sebut saja Jhon Mo, “Memasak itu adalah seni”. Kita berkarya untuk sebuah penyajian baik di atas piring atau platter atau buffet dimana kita mengambil dari salah satu 5 basic items entah itu dari Poultry, Meat, Vegetables, Pasta atau Fish. Lalu dari cara pemotongan yang bisa saja kita memakai metode Brunoise, Julienne, Macedoine, Paysane , Diced kemudian kita percantik penyajiannya dengan beragam garnish yang bisa di-explore kan perasaan kita, dan sentuhan sauce yang digunakan untuk membuat rasa sesuai dengan konsep dan akhirnya karya tersebut akan dinikmati, dirasakan dan keluarlah pernyataan yang jujur atau tidak jujur bahwa makanan tersebut tetap akan memberi sensasi sebelum perut berasa kenyang. Karya berupa sajian makanan akan terhidangkan, dan bagaimana sibuknya kita di dapur bisa saja tidak akan dilihat langsung. Kesungguhan memberikan yang terbaik biasanya akan terwakili oleh rasa dari makanan itu sendiri.
Kemudian saat berkarir di belakang bar, dimana di usia saat itu, beberapa pengunjung juga memberi pernyataan yang sampai saat ini susah dilupakan, “Bartender knows everything”, Pada arti yang sesungguhnya bartender dianggap orang yang paling mengetahui apa gerangan yang terjadi di areanya berikut gossip sosial pelanggan-pelangganya. Entah tua, muda pengunjung, mereka akan mendekat ke bartender yang seolah bapak nya untuk curhat, meng-gossip dan minta sebuah sajian alchoholic drink atau non alchoholic drink sebagai the best friend to spend the night with, sambil lepas lelah dan penat akibat pekerjaan. Bahkan bartender boleh menyuruh pelanggan keluar dari Bar, jika pada kenyataanya pelanggan tidak berkelakuan baik, minimal Bartender mempunyai otoritas memanggil security untuk membantu mengamankan kondisi.
Di saat yang berbeda bagaimana menjadi waiter di sebuah restaurant formal dinning, saya juga masih mengingat bagaimana smile adalah modal dominan untuk urusan memberikan pelayanan terbaik, disamping secara general service rule kitanya menguasai. Menjelaskan tentang menu yang tersedia, memberikan saran dressing yang pas untuk salad yang di order atau memastikan tingkat kematangan steak yang diminta. Dan pekerjaan demi pekerjaan adalah sama yaitu keinginan menambah pengalaman dan mencari penghasilan.
Lantas karir yang bermula dari posisi paling bawah juga tidak sempat saya hindari waktu itu, sehingga di dunia service hotel atau restaurant yang namanya bersih-bersih menjadi pekerjaan utama, dan bedanya di awal karir dengan kehidupan sebelumnya, bahwa sayapun gemar melakukan yang namanya bersih-bersih dilingkup rumah sendiri, mulai dari menata taman, membersihkan kamar pribadi, mempoles body kendaraan, atau yang paling sederhana membersihkan kaca cermin dengan koran yang dibasahi dengan spirtus. Kalau senar gitar dan boddy nya terkesan diluar kesadaran untuk sekedar membersihkannya karena waktu itu gitar menjadi barang yang lebih sering tergeletak di atas tempat tidur.
Kalau sekarang saya lebih banyak berkecimpung di dunia pendidikan buat kandidat kapal pesiar, disitu banyak cerita yang lebih berkaitan dengan wilayah spiritual. Kita bisa berbagi, kita bisa ikut seneng, bangga ketika kandidat berhasil sukses, dan kita juga ikut prihatin ketika di antara mereka ada yang belum mendapatkan yang terbaik. Dan saya sangat menikmati kumpul bareng dengan kandidat di area yang menjadi pembelajaran. Thanks buat kalian semua yang terlibat di setiap pekerjaan yang saya lakukan.
Selalu yang menjadi insipirasi bahwa “dibalik sukses seseorang selalu ada motivator/ mentor dan orang terkasih”.
Leave a Reply