Meninggalkan kota Venice dengan segala keramaian dan tempatnya yang benar-benar eksotis memberi ruang sendiri untuk merenungi, bahwasanya segala yang telah ditampakkan barusan sebuah wujud nyata dari keagungan-Nya. Bagaimana kalau orang berkata, bahwa Venice merupakan kota terindah kedua setelah Roma? Sayapun setuju, lantaran landmark kotanya yang aduhai syahdu, terlebih jika sore menjelang petang.
Gondola yang merupakan perahu kayu berlalu-lalang di jalur sungai, jumlahnya ratusan hingga empat ratusan jalur menghiasi kota. Hanya beberapa jembatan yang bisa dihafalkan karena saking banyaknya. Sebut saja Ponte di Rialto. Jembatan tersebut sangat vital sekali keberadaanya. Merupakan anak tangga yang terbuat dari batu sejak lama, yang menjadi penghubung kedua sisi kanal.
Wisatawan seperti kita ini boleh dibilang wisatawan mumpung saja, sebab kita bisa kesini itu karena bekerja di kapal pesiar. Makanya masih ada sedikit rush hour alias sedikit terburu-buru karena waktu menikmati tiap kota yang disinggahi hanya terbatas beberapa jam saja. Hanya saja bisa disambung kembali untuk jalan-jalan menyusuri kota, atau menikmati istana bergaya Venetian Gothic di sekitaran Venice lain kali saat kapal kembali.
Kapal bergerak menjauhi Venice. Pucuk-pucuk bangunan lambat laut seperti siluet berpadu dengan warna keemasan sinar matahari. Apa yang tergerak dalam batin dengan pesona yang memukai seperti itu, kecuali pernyataan yang semakin mengiyakan akan hebatnya Tuhan dengan segala ciptaan-Nya. Memberi power tambahan untuk menggetarkan hati, lalu masing-masing dengan intelegensianya, roso-nya mendekat.
Kapal stabil di perairan Italy menuju kota berikutnya seperti Kroasia, Yunani, Naples, Monaco, Perancis, Barcelona dan lain-lain menambah daftar kunjungan bagi wisatawan mumpung ๐
Malam ini kapal melaju di bawah 20 knots. No traffic lights, just moonlight. Tidak ada lampu lalu lintas, tetapi lampunya alam dari Yang Maha Besar, yaitu rembulan.
๐ท๐ฆ๐ฏ๐ช๐ค๐ฆ-๐ธ๐ช๐ด๐ข๐ต๐ข๐ธ๐ข๐ฏ ๐ฎ๐ถ๐ฎ๐ฑ๐ถ๐ฏ๐จ
Leave a Reply