Kegiatan pre-opening Edu Hotel Poltekpar Lombok 20/10/022 – Kami dari MedWist mendapat kesempatan untuk Reviewing dan menikmati fasilitas yang di luar ekspektasi. Ternyata hotel yang nantinya akan dinamai De Bale Soultan memang betul² mendukung service ala sultan. Kamar yang kami dapati luar biasa lux, seperti layaknya president suite. Tempat tidur dengan bed berukuran king-size, Mini Jazuci melengkapi shower dan toilet di bathroom. Living room dengan mini bar dan tiga stool berada di serambi kamar plus balconi dengan view masjid besar kampus Poltekpar. Josss pokoknya. Ruarrrr biasahhh mewakili acungan jempol kami.

Alhamdulillah, kami sekaligus bisa bertadabur alam di pesona Lombok yang terkenal dengan sebutan Pulau Seribu Masjid. Mahasiswa pemandu wisata yang praktek meng-guide kami (Andre Geofani & Fitri) fasih memandu kami baik di dalam itenerary yang sudah disediakan maupun di luar program atas permintaan jiwa mbolang kami.
Geliat pariwisata Lombok pasca gempa dahsyat 2018 mulai dirasakan oleh masyarakat sekitar. Baru saja menggeliat, fenomena covid-19 menjadi problem tersendiri. Masyarakat semakin ditempa keadaan yang menjadikan spirit survival makin tangguh.
Desa wisata mulai bergerak menjadi potensi yang bagus untuk kekuatan ekonomi lokal. Ekonomi kreatif bermunculan. Masyarakat tangguh bermunculan. Tangguh karena diterpa berbagai problematik. Tangguh karena naluri tumbuh.
Kami (Indri Ratnaningsih, Adik Wibowo, Suyanto,S.E, Ny. Suparmi) yang tergabung dari komunitas Nunggaksemi dan MedWist Perhotelan Kapal Pesiar berkesempatan menghadiri undangan selama 3 hari menginap dan menikmati fasilitas yang tersedia.



Hari pertama kami diajak untuk mengunjungi Banyu Mulek yang berada di wilayah Kecamatan Kediri – Lombok Barat. Sentra industri gerabah menjadi ikon dan penopang ekonomi lokal. Wisatawan yang datang ke sini bisa langsung praktek membuat beberapa karya gerabah. Satu hal yang unik dari karya gerabah di sini adalah Kendi Maling. Penasaran apa itu kendi maling? Itu adalah kendi (teko gerabah yang digunakan untuk menyimpan air mineral, yang dalam pengisiannya dari bagian bawah (bottom line). Persis di pantatnya kendi. Yang nantinya air tidak akan bisa keluar setelah kendi ditaruh di atas meja. Kenapa begitu? karena desainnya di dalam berbentuk kerucut yang notabennya air berada di level tengahnya kerucut).
“Jadi terdapat tradisi si calon pengantin menculik mempelai wanita jika mau menikah. Kemudian akan ditangkap dan dibawa ke penghulu untuk dinikahkan”, Mas Andre menuturkan tradisi di Lombok yang sudah turun-temurun.
“Oooo di sinilah, baru terurai pemahaman kami yang sebenarnya. Jadi kalau orang mengatakan Lombok itu pulau seribu masjid tetapi juga ada istilah seribu maling, bukan berarti maling yang mengganggu barang wisatawan, melainkan bagian tradisi saat seseorang mau menikah.” Respon pak Yanto mengulangi keterangan Andre.
Destinasi berikutnya kami diajak untuk menuju ke Desa Bilebante Lombok Tengah. Kita susur desa menggunakan kendaraan ATV. Sebenarnya aktifitas yang kami lakukan tidak jauh beda dengan menikmati pesona desa semata. Hanya saja terdapat story line yang sangat bagus dibawakan oleh pemandu, sehingga kami terhipnotis untuk ikut mendayu-dayu dalam kenangan dan pengalaman.
Baca juga cerita kita di #medwist_travelnotes Lombok ya! kita akan ke Kuta Mandalika, Pantai Seger, Taman Narmada, Sukarara, Islamic Centre Masjid terbesar di Nusa Tenggara Barat dan lain-lain.