Jantannya ditunjukkan pada tarung presean
Bertongkat rotan bertameng kulit kerbau
Lelaki sejati meluapkan kegembiraan
Menahan emosi menepis dendamnya
Sang Bumi Nina asli pertiwi tak kalah tangguh
Menyungging senyum
Menahan bebannya yang di kepala
Dewasanya terbukti di kualitasnya nyongket
Matangnya dibuktikan dalam lembar tenun
Masa bodoh apa itu metropolis
Alamiku nyata masih baluran kotoran sapi
Mendendang tembang religi
Menikmati peradaban meski susah untuk sama rendah sama tinggi
Pencakar langit tertawa di sana
Dengan kesombongan membahana
Sesekali roboh tersungkur pada cadas di bawah
Jeramiku Masih teduh mengatapi
Mari … duduk sini nak!
Mengapa engkau mempercepat langkah?
Mengapa engkau sibuk hampir-hampir tak mau kalah dengan pencakar langit?
Resapilah
Gendang bele’q bijak menuntun peristiwa
Kadang “NDANG” terkadang “NDEG”
Sesekali ndang segeralah
Sesekali NDEG mandek, NDEG berhentilah
ENDE LOMBOK
21/10/022